Investor Ambil Untung, Harga Karet Buntung



PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 22/02/2019 -  Pada penutupan perdagangan kemarin (21/2/2019), harga karet acuan kontrak Juli di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) turun 1,2% ke posisi JPY 195,1/kg atau setara US$ 1,76/kg.

Harga karet jatuh dari posisi tertingginya sejak 9 bulan lalu yang dicapai setelah naik pesat selama 3hari berturut-turut.

Sebagai informasi, harga karet di bursa TOCOM merupakan acuan yang menentukan harga karet di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

PT KONTAK PERKASA

Hingga pukul 12:20 WIB hari Jumat ini (22/2/2019), harga karet kontrak Juli di bursa TOCOM masih lanjut melemah sebesar 0,46% ke posisi JPY 194,2/kg.

Selama sepekan, harga karet sudah naik 6,52% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas ini sudah terangkat 14,22%.



Turunnya harga kontrak karet diperkirakan terjadi karena adanya aksi ambil untuk oleh para investor. Maklum, selama seminggu harganya sudah naik banyak. 


"Karena harga TOCOM gagal menembus JPY 200/kg di sesi sebelumnya, investor menjadi kecewa dan mengamankan keuntungan," kata Satoru Yoshida, analis pasar komoditas Rakuten Securities, mengutip Reuters.

PT KONTAK PERKASA

Disamping itu, penguatan Yen kemarin juga menjadi salah satu faktor yang membuat harga karet sulit untuk menguat. 


Pasalnya, saat harga Yen semakin kuat, maka harga karet juga menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang asing. Sebagai informasi, kemarin nilai Yen terapresiasi 0,14% terhadap dolar.

Namun demikian, pergerakan harga karet juga masih disokong oleh sentimen positif.

Sejak kemarin, negara anggota Internasional Tripartite Rubber Council (ITRC), yaitu Indonesia, Malaysia ,dan Thailand menggelar pertemuan di Bangkok. Dalam pertemuan yang dijadwalkan berakhir pada hari ini, Indonesia dikabarkan akan mengajukan Kesepakatan Skema Tonase Ekspor (AETS).

Skema tersebut akan membatasi nilai ekspor karet bagi negara anggota ITRC, dan diharapkan bisa mengurangi pasokan karet dunia.

Selain itu prediksi adanya fenomena El Nino tahun ini, yang akan menyebabkan suhu di Asia Tenggara relatif lebih panas juga dapat membuat produksi karet terhambat.

Saat pasokan dapat dikurangi, maka harga karet masih memiliki energi untuk bergerak ke atas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perhatian! Facebook-Instagram-WhatsApp Masih Down

Wall Street Hijau, Penjualan Ritel Tokcer, Kurang Apa Lagi?

Gara-Gara Brexit, Harga Emas Kembali Sentuh US$ 1.300