Wall Street Hijau, Penjualan Ritel Tokcer, Kurang Apa Lagi?


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 12/03/2019 -  Pasar keuangan Indonesia berakhir variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sementara nilai tukar rupiah berhasil menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). 

Kemarin, IHSG ditutup melemah 0,26%. Padahal indeks saham utama Asia kebanyakan menguat seperti Nikkei 225 (0,47%), Hang Seng (0,97%), Shanghai Composite (1,92%), dan  Kospi (0,03%). 

Sementara rupiah terapresiasi 0,14% terhadap dolar AS. Mayoritas mata uang utama Asia juga menguat, tetapi penguatan rupiah menjadi yang terbaik di Benua Kuning. 
Rupiah berhasil menguat lumayan tajam karena sebelumnya telah melemah cukup dalam. Sepekan kemarin, rupiah melemah 1,38% terhadap dolar AS dan menjadi mata uang terlemah di Asia. Sejak akhir Februari, depresiasi rupiah mencapai 1,6%. 
Pelemahan yang sudah cukup dalam ini membuka peluang terjadinya technical rebound. Rupiah yang sudah murah menjadi menarik di mata investor dan terjadilah aksi borong. 
Kemudian, masih dari dalam negeri, penguatan rupiah sepertinya juga tidak lepas dari campur tangan Bank Indonesia (BI). Nanang Hendarsah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengatakan bank sentral terus menjaga likuiditas sehingga tidak terjadi keketatan di pasar. 

Sementara koreksi IHSG justru menyisakan kisah yang bekebalikan dengan rupiah. IHSG malah terhempas akibat aksi ambil untung. 
Sejak awal tahun, IHSG masih perkasa dengan penguatan 2,78%. Valuasi IHSG juga masih lumayan tinggi yaitu 15,73 kali. Lebih tinggi ketimbang indeks saham utama Asia seperti Hang Seng (11,19 kali), Shanghai Composite (12,55 kali), Kospi (12,1 kali), sampai Straits Times (12,31 kali). 
PT KONTAK PERKASA

Penguatan dan valuasi IHSG yang tinggi tersebut membuatnya rawan terkoreksi. Investor tentu ada yang tergoda untuk mencairkan keuntungan, dan itu sepertinya terjadi kemarin di mana investor asing membukukan jual bersih Rp 558,6 miliar. 

Saham Boeing Anjlok, Wall Street Tetap Melambung
Saham Boeing Anjlok, Wall Street Tetap Melambung
Dari Wall Street, tiga indeks utama mencatat penguatan yang lumayan tajam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,79%, S&P 500 melonjak 1,47%, dan Nasdaq Composite meroket 2,02%. 

Saham-saham teknologi, khususnya telekomunikasi, menjadi pendorong Wall Street. Pantas saja Nasdaq melesat sangat signifikan. 

Apple menjadi penggerak bursa saham New York dengan penguatan mencapai 3,46%. Apple adalah perusahaan yang oleh dibilang 'sistemik' sehingga penguatannya ikut mempengaruhi saham-saham lain. 

PT KONTAK PERKASA
Lonjakan saham Apple terjadi setelah Bank of America Merrill Lynch merekomendasikan 'beli' untuk saham perusahaan yang berbasis di Cupertino (California) tersebut. Seorang sumber, mengutip Reuters, mengungkapkan bahwa Apple akan meluncurkan layanan baru yaitu layanan saluran televisi berbayar pada bulan depan. 

Investor sepertinya mengabaikan saham Boeing yang anjlok 5,33%. Padahal Boeing adalah saham dengan bobot terbesar di DJIA, mencapai 11,26%. 

Saham Boeing terjun bebas setelah jatuhnya pesawat jenis 737 Max 8 milik Ethiopian Airlines. Pesawat sejenis milik Lion Air juga jatuh tahun lalu. 

Akibat tragedi ini, otoritas transportasi di sejumlah negara seperti China dan Indonesia 'mengandangkan' Boeing 737 Max 8 untuk sementara. Negara lain seperti Korea Selatan memulai penyelidikan khusus terhadap pesawat ini. 

Namun ternyata amblasnya saham Boeing tidak banyak mempengaruhi Wall Street. Mengapa demikian? 

Pelaku pasar sepertinya tergiur karena harga aset di Wall Street sudah murah. Maklum, pekan lalu DJIA dan S&P anjlok 2,2% sementara Nasdaq amblas 2,5%. Harga aset yang sudah 'terbanting' ini tentu menjadi sangat menarik sehingga terjadilah aksi borong. 

"Setelah pelemahan yang terjadi pekan lalu, sepertinya aset-aset sudah mengalami jenuh jual. Apa yang terjadi hari ini sangat impresif, apalagi melihat bagaimana saham Boeing," kata Michael James, Managing Director di Wedbush Securities yang berbasis di Los Angeles, mengutip Reuters. 

Gairah investor kian membuncah melihat rilis data penjualan ritel AS. Pada Januari 2019, penjualan ritel naik 0,2% secara month-on-month (MoM), jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi alias minus 1,6% MoM. 

Data ini menunjukkan konsumsi masyarakat Negeri Paman Sam masih kuat. Konsumsi adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) AS dengan kontribusi mendekati 70%. Oleh karena itu, konsumsi yang sehat menjamin pertumbuhan ekonomi yang kuat.  Smber :  cnbcnews                

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indeks Hong Kong Dibuka Lebih Tinggi Pada Hari Rabu

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Setelah Menang Banyak, Rupiah Kini Terlemah di Asia...

Kontakp Perkasa - Emas Tahan Penurunan seiring Laporan Data Pekerjaan A.S. Membawa Fokus pada Fed