Ancaman Resesi AS Menjadi Berkah Bagi Harga Emas

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 25/03/2019 - Harga emas global pada perdagangan Senin (25/3/2019) siang ini semakin menguat.

Hingga pukul 14:30 WIB, harga emas kontrak April di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) naik sebesar 0,26% ke posisi US$ 1.315,7/troy ounce, setelah menguat 0,38% pada akhir pekan lalu (22/3/2019)

Adapun harga emas di pasar spot juga naik 0,22% ke posisi US$ 1.315,98/troy ounce, setelah juga terangkat 0,3% pada perdagangan akhir pekan lalu.

KONTAK PERKASA


Selama sepekan harga emas di bursa COMEX dan spot telah menguat masing-masing sebesar 1,09% dan 0,96% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun rata-rata kenaikan harga keduanya sebesar 2,64%.



Ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) yang semakin membesar membuat pergerakan harga emas hari ini mendapat sokongan yang cukup kuat.

Pada pukul 11:06 WIB, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS tenor 3 bulan (2,4527%) masih terpantau lebih tinggi ketimbang yield surat utang yang bertenor 10 tahun (2,4372).

KONTAK PERKASA

Artinya, inversi yield sudah terjadi pada U.S. Treasury. Sebagai informasi, inversi yield adalah keadaan dimana yield untuk obligasi jangka pendek yang lebih besar dibanding yield obligasi jangka pendek. Ini terjadi kala investor melihat risiko jangka pendek lebih besar, makanya meminta imbal hasil yang lebih tinggi.

Seringkali dua seri obligasi tersebut (tenor 3 bulan dan 10 tahun) dijadikan acuan untuk mengukur risiko terjadinya resesi.

Resesi sendiri adalah keadaan dimana perekonomian mengalami penyusutan (YoY), atau tumbuh negatif dalam dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun.

Bila benar AS akan mengalami resesi maka dampaknya juga akan dirasakan oleh perekonomian global. Sebab, Negeri Paman Sam merupakan negara dengan perekonomian yang paling besar di dunia.

Alhasil, investor semakin takut untuk agresif dalam berinvestasi. Dalam keadaan penuh risiko seperti ini, salah langkah sedikit akibatnya bisa fatal. Alih-alih untung, yang ada malah buntung.

Dalam keadaan seperti ini kilau emas semakin menyilaukan. Pasalnya emas seringkali dijadikan sebagai pelindung nilai karena harganya yang relatif lebih stabil dibanding aset-aset berisiko lainnya.

Selain itu, perekonomian Zona Euro yang masih cukup lesu juga semakin membuat pelaku pasar gencar memburu emas.

Pada akhir pekan lalu, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Zona Euro periode Maret dibacakan di posisi 47,6. Turun dari posisi bulan Februari yang sebesar 49,5. Bahkan pembacaan yang terakhir itu merupakan kontraksi yang paling dalam sejak April 2013, atau hampir enam tahun lalu.

Sebagai informasi, nilai PMI manufaktur di atas 50 dapat diartikan terjadi ekspansi pada sektor industri manufaktur. Berlaku pula sebaliknya.

Kala kondisi perekonomian global sedang lesu dan cenderung tak pasti, maka investor juga makin enggan untuk agresif berinvestasi pada instrumen berisiko lain. Emas pun menjadi dilirik karena sifatnya yang sebagai pelindung nilai.

"Ada permintaan akan safe [emas] yang naik ke permukaan," ujar Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, mengutip Reuters.

Smber : cnbcnews

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perhatian! Facebook-Instagram-WhatsApp Masih Down

Wall Street Hijau, Penjualan Ritel Tokcer, Kurang Apa Lagi?

Gara-Gara Brexit, Harga Emas Kembali Sentuh US$ 1.300